Pengasuhan Seri 19 – Memupuk Kebajikan dan Nilai pada Anak-anak 1

(Konten direvisi pada 12/2019)
  • Dennis, 7 tahun, tidak disukai teman-teman dan gurunya karena sikap kasarnya. Satu-satunya kepuasannya di sekolah dan di lingkungan rumahnya tampaknya adalah menindas anak lain. Dia sering sekali menyerang secara fisik untuk mengintimidasi anak lain dan mendapatkan keinginannya.
  • Cheri, 10 tahun, sangat tertarik dengan barang-barang kecil. Karena tergoda, dia sering mencurinya dari teman sebayanya. Belum lama ini, orangtuanya menemukan bahwa dia mulai mengambil uang dari laci mereka.

Orangtua tidak pernah membayangkan anak mereka tumbuh menjadi anak-anak seperti ini. Apa yang kurang pada mereka sehingga mereka berperilaku seperti itu?

Riset menunjukkan bahwa anak-anak ini kurang mempunyai sifat-sifat tertentu - kebajikan esensial yang membuat anak melakukan hal-hal yang benar dan bersikap baik pada orang di sekitarnya, mis., kebaikan hati, kepedulian, kerja sama, rasa hormat, kontrol diri dan tanggung jawab. Cara-cara pengasuhan tertentu dapat memupuk perkembangan nilai-nilai positif dan oleh karena itulah kebajikan yang esensial pada anak-anak prasekolah. Brosur ini bertujuan untuk memperkenalkan strategi-strategi yang sangat penting ini. Detail aplikasi strategi-strategi mengenai nilai-nilai tertentu akan dibahas di bagian II dan III seri ini.

Renungkan:

Apakah nilai-nilai Anda?

Dapatkah Anda konsisten dengan nilai-nilai Anda?

Apakah semua anggota keluarga Anda mempunyai nilai yang sama?

Kebajikan apa yang penting bagi Anda?

Strategi Dasar untuk Memupuk Nilai-nilai Kebajikan Anak (6R1O)

R1: Menjadi Teladan

  • Bertindak itu lebih berpengaruh daripada menceramahi. Anak kecil belajar dengan meniru contoh Anda meski dia tidak langsung melakukannya, Bertindaklah secara konsisten dengan apa yang Anda katakan dan tunjukkan pada anak Anda kebajikan yang Anda ajarkan.

R2: Miliki Harapan yang Realistis & Dapat Dicapai

  • Memiliki harapan yang realistis pada anak berarti memahami tingkat kemampuannya dan menghargai apa yang dapat dia capai. Menentukan barang-barang yang diinginkan akan membantunya mengetahui standar yang diperlukan dan bekerja menuju sasaran.
  • Sebelum anak dapat menguasai keterampilan yang diperlukan sesuai dengan usianya, orangtua harus membimbing dan membantunya, jika perlu, untuk mencapainya. Misalnya, agar anak usia 3 tahun bermain secara kooperatif dengan anak lainnya, Anda harus memberinya bimbingan dan menentukan batas-batas secara konsisten dan berulang-ulang.

R3: Memberi Pengakuan

  • Memerhatikan perilaku anak yang dapat diterima secara sosial dan memberikan pujian atas perilaku yang Anda hargai akan mendorongnya untuk mengulangi perilaku yang diinginkan itu dengan lebih sering di kemudian hari. Jelaskan perilaku yang Anda sukai ketika Anda memberinya pujian, mis., 'Terima kasih telah bermain dengan tenang ketika mama berbicara di telepon.'*

R4: Diagram Penghargaan dan Perilaku*

  • Beberapa anak memerlukan lebih banyak bantuan dalam membentuk perilaku baru. Anda dapat mencoba menggunakan diagram perilaku untuk memberi anak Anda motivasi tambahan. Beri dia pujian dan stiker jika dapat melakukan perilaku target seperti mengontrol emosinya atau membantu cuci piring.
  • Apabila dia telah mencapai target yang ditentukan selama durasi singkat yang ditentukan, Anda dapat memberinya penghargaan kecil seperti hadiah khusus untuk mempertahankan perilaku tersebut.
  • Ingat bahwa strategi ini hanya untuk penggunaan jangka pendek. Untuk membantu anak secara berkala melakukan perilaku baru dan melakukannya karena kesadaran pelaksanaan tugas bukannya karena hadiah, hal ini harus diakui secara sosial. Pada saat yang sama, penguatan yang nyata sebaiknya dikurangi secara berkala.

R5: Menentukan Peraturan dengan Konsekuensi

  • Menentukan batas dalam kehidupan sehari-hari adalah sangat penting dalam mengajari anak untuk mematuhi peraturan, menghormati orang lain dan bertanggung jawab atas perilakunya sendiri. Adalah juga penting bagi Anda untuk mengupayakan kontrol hingga tingkat tertentu untuk membimbingnya menuju perilaku yang tepat sebelum dia mempelajari kontrol diri.
  • Membiarkan anak Anda mengalami konsekuensi yang wajar karena melanggar peraturan, melanggar batas atau ketidakpatuhan akan memaksanya memahami yang salah dan yang benar. Misalnya, tidak ada cerita sebelum jam tidur terlambat, atau masuk ke waktu tenang selama 5 menit apabila ketahuan berkelahi.* Peraturan yang berbeda mungkin diperlukan untuk konteks yang berbeda.
  • Apabila peraturan didukung dengan konsekuensi, dan perhatian positif dan pujian diberikan secara konsisten untuk perilaku yang diinginkan, anak Anda secara bertahap akan mempelajari standar yang diharapkan padanya, bahkan dalam konteks yang berbeda.

* Brosur 15 & 16 dalam seri Pengasuhan ini menjelaskan strategi pengasuhan positif dengan lebih detail.

R6: Penalaran/Induksi

  • Pendekatan menggunakan penjelasan dan penalaran dengan penekanan pada konsekuensi tindakan seseorang pada orang lain juga dikenal dengan induksi.
  • Teladan lebih penting daripada penalaran. Namun demikian, kadang-kadang Anda harus menjelaskan dan berdiskusi dengan anak untuk menyatakan nilai dan keyakinan yang terletak di balik tindakan. Hal ini dapat menjadi sarana untuk memupuk nilai dan kebajikan pada anak.
  • Selalu berikan alasan pada anak Anda sebelum Anda menerapkan strategi perilaku guna mengajarinya mengapa perilaku tertentu lebih disukai orang lain. Untuk anak pra-sekolah yang lebih kecil, cukup dengan menyatakan efek langsung tindakan tersebut pada orang lain dan kemungkinan konsekuensi yang akan dia lakukan, mis., 'Kamu akan melukai adikmu kalau kamu mendorongnya. Kalau kamu lakukan kamu akan masuk waktu tenang selama 2 menit agar kamu sendiri tenang.'
  • Ingatlah untuk tidak berdiskusi dengan anak Anda segera setelah konsekuensi dilaksanakan sehingga emosinya tidak naik lagi.
  • Dalam percakapan sehari-hari dengan anak Anda, Anda juga dapat memanfaatkan kejadian sehari-hari untuk berdiskusi mengapa seseorang melakukan sesuatu dan bagaimana tindakan itu dapat memengaruhi orang lain. Misalnya, Anda dapat bertanya kepadanya mengapa seseorang dalam berita merampok uang dan bagaimana pengaruhnya pada orang lain, dan bantu dia menemukan jawabannya sendiri. Hal ini akan meningkatkan rasa hormat anak pada orang lain dan kemampuannya untuk memandang dari sudut pandang dari orang lain.

O1: Diskusi Terbuka

  • Kesempatan untuk diskusi terbuka harus diciptakan agar anggota keluarga menyampaikan pendapatnya. Kejadian sehari-hari menyediakan titik masuk yang bagus untuk diskusi.
  • Diskusi terbuka juga dapat diadakan setelah membaca buku cerita dengan tema mengenai nilai. Ambil buku cerita yang menarik dan sesuai untuk tingkat membaca anak dengannya. Kemudian diskusikan dengan dia tentang perilaku karakternya dan tanyakan tentang perasaannya pada karakter tersebut.
  • Jika orangtua mempunyai sikap terbuka, sehingga anak dapat menyatakan pendapatnya, Anda akan dapat belajar lebih banyak tentang penalarannya. Jadi, dengarkan apa yang dia katakan. Beri dia pujian karena membuat komentar yang konstruktif atau kreatif. Gunakan induksi untuk berdiskusi dengan dia tentang hal-hal yang belum dia pikirkan atau yang tidak benar. Misalnya, anak Anda begitu marah dengan temannya sehingga ingin memukulnya. 'Mama tahu kamu sangat marah dengan John. Itu adalah cara bereaksi. Apa yang akan terjadi kalau kamu memukulnya?' 'Apa kamu bisa memikirkan cara lain yang lebih baik'?'

Strategi di atas dapat dirangkum sebagai '6R1O'. Gunakan strategi itu dengan sabar. Anak-anak perlu pengajaran dan peragaan yang berulang-ulang untuk mengonsolidasikan pembelajaran. Jangan terkejut kalau tahu mereka lupa dengan apa yang telah Anda ajarkan dari waktu ke waktu. Dengan berjalannya waktu, Anda akan menemukan bahwa ketabahan dan kesabaran akan terbayar.

Kami memiliki rangkaian lokakarya dan selebaran tentang 'Happy Parenting!' untuk calon orangtua, orangtua bayi, dan anak-anak prasekolah. Silakan menghubungi personel perawat kesehatan kami untuk memperoleh informasi.