Pencegahan Pneumonia dan Infeksi Saluran Pernapasan – Perawatan Diri Psikologis

(Diterbitkan pada 02/2020)

Menanggapi potensi ancaman epidemi saat ini, banyak orang mungkin merasa kewalahan, khawatir, tertekan, atau bahkan ketakutan. Sebagai seorang pengasuh, meski Anda mungkin telah disibukkan dengan tindakan pencegahan untuk melindungi kesehatan diri Anda sendiri dan keluarga Anda, jangan abaikan menjaga kebutuhan emosional Anda dan anak-anak Anda.

Kemungkinan Reaksi Pengasuh terhadap Wabah

Dalam menghadapi epidemi mendadak, Anda dapat memperhatikan tanggapan berikut selain tanggapan perilaku (seperti menegakkan kebersihan pribadi dan rumah):

  • Pikiran

    “Hanya ada beberapa masker yang tersisa, apa yang harus saya lakukan?”, “Anak laki-laki saya tidak mau mencuci tangannya, apakah dia akan terinfeksi?”…

  • Perasaan

    khawatir, tertekan, mudah tersinggung, marah, dsb.

  • Respons Fisiologis

    ketegangan otot, pernapasan cepat, jantung berdebar, dsb.

Kemungkinan Reaksi Anak-anak terhadap Wabah

Bayi dan balita tidak memahami apa yang terjadi di sekitar mereka, tetapi perasaan dan perilaku mereka dapat terpengaruh oleh perubahan emosional pengasuh mereka.

Anak prasekolah tidak sepenuhnya memahami situasi epidemi dan mungkin bingung dengan perubahan perilaku anggota keluarga. Mereka mungkin merasa cemas karena anggota keluarganya bisa tertular. Mengingat perubahan dalam rutinitas biasa seperti penangguhan sekolah dan berkurangnya aktivitas di luar ruangan, mereka mungkin merasa bosan atau merindukan kerabat, guru, dan teman sekelas. Mereka mungkin juga frustrasi atau menjadi tidak patuh saat pengasuh memberlakukan tindakan kebersihan yang ketat pada mereka.

Kiat Perawatan Psikologis

Pengasuh dapat merujuk pada saran di bawah ini untuk meningkatkan keterampilan Anda serta anak-anak Anda dalam mengatasi masalah untuk menanggapi wabah.

(I) Untuk Pengasuh

  • Cobalah untuk menyampaikan pengertian, penerimaan, dan rasa hormat jika anggota keluarga memiliki pandangan dan perasaan yang berbeda dalam menanggapi wabah.
  • Waspadai emosi Anda; ketika merasa cemas, ingatkan diri Anda bahwa wabah akan berlalu pada akhirnya dan cobalah untuk fokus pada cara-cara yang layak dan realistis untuk mengatasi situasi tersebut.
  • Jaga kebutuhan dasar Anda untuk meningkatkan kekebalan Anda, mis. menjaga pola makan seimbang, istirahat dan tidur yang cukup.
  • Luangkan waktu untuk bersantai atau melakukan aktivitas menarik, mis. mendengarkan musik, latihan peregangan sederhana, membaca, atau berhubungan dengan teman.
  • Hindari merasa kewalahan dengan terlalu banyak informasi. Verifikasi jika memungkinkan, atau akses informasi akurat dari sumber yang dapat dipercaya.
  • Dapatkan dukungan dari anggota keluarga lain dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan/atau pengasuhan anak jika memungkinkan.
  • Praktikkan latihan relaksasi, mis.

(II) Untuk Anak-Anak

Secara umum, sikap dan perasaan pengasuh terhadap wabah dapat memengaruhi persepsi anak Anda tentang situasi tersebut. Saat Anda mencoba memperkenalkan atau mengingatkan anak Anda tentang langkah-langkah kebersihan, perhatikan nada bicara Anda dan hindari bersikap memaksa.

Selain itu, dalam menghadapi perubahan, anak kecil sering kesulitan untuk mengungkapkan perasaan dan kebutuhannya. Pengasuh perlu memperhatikan manifestasi dan perubahan perilaku anak, mengeksplorasi kebutuhan dan perasaan mereka yang mendasarinya, dan merespons dengan tepat dan segera guna memfasilitasi keterampilan mereka mengatasi masalah.

1. Atur emosi

Prinsip Saran
i. Perkuat rasa aman
  • Pastikan anak-anak merasa dicintai, diperhatikan, dan dilindungi
  • Tanamkan rasa dapat diramalkan
Bayi dan Balita
  • Berikan kenyamanan ekstra melalui sentuhan, pelukan, dan biarkan anak tetap dekat dengan pengasuhnya
  • Terlibat dalam aktivitas yang sudah tidak asing lagi seperti menyanyi dan membaca cerita bersama
Anak prasekolah
  • Berikan hiburan secara lisan selain kenyamanan fisik
  • Berikan pemberitahuan dan penjelasan sebelumnya tentang perubahan dalam rutinitas sehari-hari. Misalnya, “Kita akan tinggal di rumah besok karena sekolah masih tutup.”
ii. Dukung ekspresi emosi
  • Dengarkan dengan penuh perhatian dan sabar
  • Berikan kesempatan untuk mengekspresikan emosi
  • Hindari mendesak anak-anak untuk berbicara
Bayi dan Balita
  • Sebutkan emosi secara langsung, berikan anak alat bantu (seperti kartu perasaan) untuk berbicara tentang perasaan
Anak prasekolah
  • Hibur anak-anak bahwa perasaan mereka normal dan dapat diterima. Misalnya, “Tinggal di rumah sepanjang hari memang sangat membosankan.”
  • Jika anak-anak tampak tidak tertarik untuk membicarakan situasinya, tetap amati dan pantau mereka guna melihat tanda-tanda tekanan.
iii. Jelajahi masalah dengan empati dan tanggapi dengan tepat
  • Gunakan bahasa yang sesuai dengan usia dan kebutuhan anak untuk meningkatkan pemahaman
  • Tunjukkan faktanya tanpa detail yang berlebihan
  • Tetap tenang dan berikan situasi yang menyenangkan
Bayi dan Balita
  • Jelaskan dengan istilah sederhana, mis. “Cuci tanganmu agar tetap bersih”, “Untuk melindungi diri dari kuman, pakai masker saat keluar.”
  • Perkenalkan praktik kebersihan dengan ceria, mis. menyanyikan lagu saat mencuci tangan bersama
  • Gunakan pengalih perhatian saat anak menunjukkan penolakan
Anak prasekolah
  • Lakukan percakapan. Misalnya, anak merasa kesal saat disuruh memakai masker. Pengasuh bisa menjawab, “Kamu tidak suka memakai masker. Coba tebak mengapa aku terus meminta kamu untuk memakainya?” Anak berkata, “Agar kita tidak sakit.” Pengasuh berkata, “Ya! Kamu benar! Aku suka kamu ingat apa yang aku katakan. Lebih banyak orang yang sakit, jadi kita perlu pakai masker saat keluar. Ayo saling bantu memakai masker?”.
  • Anak berbicara tentang kekhawatirannya kepada Ayah, “Apa ayah akan sakit kalau masuk kerja?” Ayah menjawab, “Kamu khawatir Ayah akan sakit. Ayah akan melindungi diri ayah dengan mencuci tangan dan memakai masker. Ayah akan baik-baik saja.”
  • Orang dewasa mungkin berbagi perasaan mereka sendiri, tetapi jangan lupa untuk berbagi ide tentang keterampilan mengatasinya juga. Misalnya, Ibu memberi tahu anaknya, “Saya juga agak khawatir saat mendengar semakin banyak orang yang sakit. Tapi akan baik-baik saja jika kita menerapkan praktik kebersihan yang baik.”

2. Lakukan rutinitas harian dan atur aktivitas

  • Lakukan rutinitas harian sebanyak mungkin
  • Diskusikan dan atur kegiatan yang sesuai dengan usia anak Anda, seperti membuat bentuk dengan lilin mainan, balok susun, dan membaca, dll. Kegiatan untuk memfasilitasi interaksi bolak-balik seperti menyanyikan lagu dengan gerakan, memainkan peralatan memasak atau permainan pura-pura, dll. Ini bisa menjadi saat yang tepat untuk bermain dengan anak-anak Anda dan meningkatkan hubungan orangtua-anak.
  • Aturlah pekerjaan rumah tangga sederhana sesuai kemampuan anak, seperti menyimpan mainan, membersihkan meja setelah makan, menyortir pakaian bersih, dsb.
  • Puji anak-anak secara konkret jika mereka dapat mengikuti rutinitas dan dorong perilaku dengan menggunakan rencana penghargaan sederhana.

Mencari Bantuan Profesional

Jika terlihat adanya tekanan yang signifikan dan terus-menerus atau perubahan perilaku yang tidak biasa pada anak-anak atau pengasuh, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter keluarga atau menghubungi sumber daya masyarakat.