Pencegahan Penyakit Virus Corona 2019 (COVID-19) - Perawatan Diri Psikologis (Untuk Wanita)

Wabah virus Corona sudah berlangsung cukup lama, pernahkah Anda memiliki pemikiran berikut?

  • Masker sangat mahal, bagaimana saya bisa membelinya?
  • Suami saya harus berurusan dengan banyak orang di tempat kerja setiap hari, saya khawatir dia akan tertular!
  • Rumah jompo sangat ramai dan ayah saya menderita diabetes. Saya khawatir sekali!
  • Putri sulung saya masih di Inggris, tapi tiketnya sangat mahal dan sulit untuk memesan!  Apa yang harus saya lakukan?
  • Saya tidak bisa tidur di malam hari.  Kapan pandemi akan berakhir?
  • Adik saya telah cuti tanpa bayaran selama beberapa waktu, apakah dia akan dipecat?
  • Selama sekolah diliburkan, anak saya terus bermain video game saja.  Dia marah ketika saya mengingatkan dia untuk melakukan revisi, apakah Anda tidak akan marah?
  • Saya sangat lelah tanpa ada yang membantu bersih-bersih!
  • Sangat membosankan menonton TV siang dan malam!

Pandemi yang sedang berlangsung telah memengaruhi kita dalam berbagai tingkatan. Bagaimana mungkin wanita bisa lebih tangguh untuk menghadapi situasi sulit seperti itu, untuk mengurangi kemungkinan dampaknya pada tidur, suasana hati, atau hubungan keluarga? Mengapa tidak melihat kiat psikologis berikut untuk meningkatkan kekebalan psikologis Anda!

Kiat 1: Hati-Hati dengan Melimpahnya Informasi

Ada terlalu banyak pembaruan terkait wabah. Untuk "memeriksa fakta" informasi dengan hati-hati dan memperhatikan sumber informasi dapat membantu Anda menghindari penyesatan. Selain itu, untuk melindungi diri Anda dari kewalahan secara emosional, Anda dapat mematikan perangkat Anda tepat waktu. Informasi yang diberikan oleh Pusat Perlindungan Kesehatan tentang situasi terbaru Penyakit Virus Corona 2019 (COVID-19) setempat adalah andalan Anda.

Kiat 2: Pikiran yang Realistis & Fleksibel

Ketika pandemi berlanjut, lebih banyak melakukan kontemplasi, dan pertimbangan adalah hal yang tidak dapat dihindari. Namun, apakah Anda secara tidak sadar terhanyut dalam rangkaian pikiran negatif? Dan menjadi semakin cemas? Misalnya, “Jika suami saya terinfeksi, kita semua akan tertular! Kita pasti terkena stigma!” Daripada berpikir dengan cara yang ekstrem dan absolut, Anda dapat mencoba berpikir dengan cara yang masuk akal dan fleksibel, seperti, “Suamiku tidak terinfeksi sekarang, dipikir sambil jalan saja!”

Kiat 3: Pengingat Visual untuk Mendorong Perubahan

Memang sama sekali tidak mudah untuk mengubah banyak kebersihan pribadi dan kebiasaan sehari-hari secara tiba-tiba untuk melawan wabah. Meski Anda gagal mematuhi setiap tindakan pencegahan, Anda mungkin juga menghargai perubahan kecil yang Anda atau keluarga Anda buat. Pertimbangkan untuk menggunakan pengingat visual guna membantu diri Anda atau keluarga Anda mengembangkan kebiasaan kebersihan yang baik dengan cara yang lucu namun mendukung.

Kiat 4: Menyelesaikan Konflik dengan Berfokus pada Tujuan Bersama

Pandangan Anda tentang bagaimana pandemi berkembang dan cara mengatasinya mungkin berbeda dengan pandangan keluarga Anda. Untuk menyelesaikan konflik secara efektif, sesuaikan pola pikir Anda sebelum diskusi - lihatlah sebagai kesempatan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang satu sama lain dan bersiaplah untuk berkompromi. Dalam diskusi, cobalah untuk menempatkan diri Anda pada posisi orang lain dan buat tebakan yang tidak asal-asalan tentang kekhawatirannya. Setelah merenungkan kemungkinan kekhawatirannya, ungkapkan perspektif Anda pada akhirnya. Misalnya, “Saya kira Anda membawa cucu kita ke taman karena Anda tidak ingin dia merasa bosan di rumah, bukan? Bagi saya, keluar rumah memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi. Kami berdua sangat mencintai cucu kami!” Pahami maksud kedua belah pihak, tentukan tujuan bersama, lalu ajak pihak lain untuk mendiskusikan apa yang terbaik dan layak, seperti “Kita semua ingin selamat dan bahagia, menurut Anda apa yang bisa dilakukan?”

Kiat 5: Terima Emosi Anda

Apakah itu mengabaikan, menyalahkan atau memanjakan, itu bukanlah strategi untuk mengatasi persoalan yang adaptif guna mengatasi berbagai reaksi emosional, seperti kekhawatiran, ketidakberdayaan, depresi, kemarahan, dll. Sebaliknya, menerima emosi membantu menenangkan suasana hati yang tertekan.  Anda dapat menyebut emosi Anda, seperti “Aku mudah tersinggung!”, “Wajar untuk khawatir!”  Setelah itu, luangkan waktu untuk istirahat (lihat latihan relaksasi di bawah) sebelum memikirkan cara-cara praktis untuk mengatasi kesulitan tersebut.

Jika Anda masih merasa terganggu dengan kekhawatiran yang berlebihan, cobalah cara efektif untuk mengatasi kekhawatiran Anda: dengan sengaja merencanakan waktu tertentu untuk merasa khawatir sesuka Anda (misalnya 15-30 menit setelah makan siang); ketika Anda merasa khawatir di luar waktu tertentu, cukup catat secara singkat kekhawatiran Anda, lihat kekhawatiran tersebut nanti saja dalam waktu kekhawatiran itu lalu cobalah untuk fokus kembali pada ke tugas yang ada saat ini atau aktivitas yang Anda minati. Jangan tetapkan waktu kekhawatiran khusus sebelum tidur agar tidak berdampak negatif pada kualitas tidur.

Kiat 6: Tidur nyenyak

Jika Anda mengalami insomnia, misalnya sulit tidur lebih dari 15 menit, Anda dapat meninggalkan tempat tidur dan bersantai di tempat lain (seperti kursi), mis. mendengarkan musik atau membaca buku dengan santai. Kembali ke tempat tidur untuk tidur saat Anda mengantuk. Pada siang hari, lakukan lebih banyak aktivitas fisik ringan dan hindari tidur siang, praktikkan latihan pernapasan atau relaksasi sebelum tidur. Ini semua dapat membantu Anda tertidur. Jika Anda menderita insomnia yang terus-menerus, Anda dapat mencari bantuan profesional dan tidak membeli obat-obatan yang dijual bebas tanpa resep dokter.

Saran untuk Latihan Relaksasi

Mencari Bantuan Profesional

Jika merasa tertekan secara signifikan dan terus-menerus, berkonsultasilah dengan dokter keluarga Anda atau hubungi sumber daya masyarakat.